Minggu-minggu ini, NKRI rakyatnya lagi heboh tentang rencana wajib pendidikan Bela Negara yang konon oleh beberapa pihak disebut sebagai wajib militer ala Indonesia. Kehebohan ini muncul karena masyarakat merasa Indonesia aman-aman saja dan semua berjalan dengan baik. Tidak ada tanda-tanda nyata secara fisik yang berniat mengancam kedaulatan NKRI. Dilain sisi, pihak-pihak yang mewacanakan dan mendukung ide ini berargumentasi bahwa Indonesia tidak begitu baik keadaannya, hal ini dilihat dari semakin menurunnya rasa bangga dan cinta sebagai warga Indonesia, terlebih mengacu kepada 'pagebluk' politik yang terus menyelimuti Indonesia seusai Pilpres tahun kemarin.
Dalam kegaduhan isu ini, muncul pula dari sebagian pengamat dan pendukung teori konspirasi, bahwa agenda bela negara akan dijadikan sebagai kekuatan pemerintah untuk mengamankan diri dari pihak-pihak yang mengritisinya, bahkan ada yang menuding secara ekstrim, ide bela negara ini akan memunculkan angkatan ke 5 seperti tahun 1960an dulu, dimana muncul pula seruan untuk membentuk tenaga 'tempur' dari para tani dan buruh selain ke 3 matra tempur dan kepolisian.
Lalu bagaimana pendapat kakak? Nih, kakak akan kasih pendapat. Menurut pendapat kakak, apa yang menjadi kegundahan pemerintah melalui kementerian Hankam yang mendukung bela negara dan juga rakyat yang tak setuju adanya bela negara ini dipusat-pusat kemiliteran adalah benar. Iya, benar bahwa Indonesia sedang mengalami krisis cinta negara. Dan juga benar bahwa bela negara dengan konsep dari kementrian hankam itu kurang populis saat ini, berpijak pada keadaan kasat mata bahwa kita tidak sedang bersiaga tempur seperti Korea selatan atau negara timur tengah.
Mungkin kita bisa meningkatkan level pemahaman bela negara ini dengan keadaan riil tentang merosotnya rasa cinta pada tanah air, sehingga semua pihak akan terpuaskan dan yang lebih penting lagi, rasa bela negara dari warga Indonesia semakin meningkat berlipat-lipat. Bagaimana caranya?
Pertama
Fakta, warga negara Indonesia mengalami krisis kebanggaan bernegara Indonesia. Hal ini dipicu oleh kelakuan pejabat Indonesia sejak menit pertama proklamasi hingga sekarang, masih terus saja sibuk sikut-sikutan memperebutkan kekuasan dan kue jabatan di negeri ini. Lihat saja, setiap bencana politik negeri ini yang merenggut banyak korban harta hingga nyawa, selalu dipicu oleh perilaku orang-orang dipusat pemerintahan, yang kemudian mereka memanfaatkan sentimen akar rumput untuk mengobarkan isu menjadi petaka. Bosanlah, kami-kami melihat dejavu ini. Sayang kalau ada keruwetan begini, yang disalahkan adalah rakyat kecil yang tak tahu apa-apa, sementara tokoh intelektualnya santai badai berlindung dibalik hukum dan kekuasaan.
Nah, jika ingin rakyat ini bangga pada Indonesia. Langkah pertama, didik dulu para petinggi bangsa ini untuk mengerti arti keluarga Indonesia. Jangan biarkan mereka hanya memahami arti keluarga partai dan golongan saja, namun selalu diatasnamakan kepentingan rakyat semesta - kira-kira rakyat yang mana, hehehe.... sehingga mereka hanya hidup menurut politik sempit, bukan politik nusantara. Setiap ganti pemerintahan, ganti program. Setiap ganti pemerintahan, suka menyalahkan pemerintahan yang lain. Setiap ganti pemerintahan, rakyat selalu memanas. Bah, bagaimana ini indonesia bisa membangun, bila keadaan macam begitu.
Kita bisa membuat rakyat bangga pada Indonesia, berawal dari pejabat-pejabat ini. Kita harus mencetak pejabat-pejabat yang tulus setulus-tulusnya membangun Indonesia tanpa embel-embel petugas partai, didikan partai, ketua partai dan sebagainya. Jangan jadikan seakan Indonesia ini hanyalah milik salah satu partai atau golongan. Jangan jadikan Indonesia ini seperti sapi perah yang bermanfaat bagi kelanggengan nama baik dan kehormatan partai atau diri sendiri.
Saat para pejabat mampu mentransformasi ide ini menjadi kenyataan, saat pejabat negeri ini mau menjadi benteng pertama melindungi negara tanpa pamrih apapun, saat pejabat negeri ini memberi bukti bhakti sepenuh jiwa raga tanpa sorot kamera dan ingin jadi tajuk berita, maka disaat itu rakyat akan berbaris tegak dalam disiplin untuk membela negara tanpa diminta oleh tentara atau penghuni istana merdeka.
Kami butuh teladan dan kepemimpinan yang jelas, bukan program khayalan atau bujukan yang ujungnya hanya menyiksa nurani.
Kedua
Hancurnya negeri ini disebabkan pula oleh permisifnya negara akan ide-ide konyol dari luar melalui lini media, mulai televisi, bioskop, koran sampai yang tak bisa dibendung bernama internet. Negara kita seakan tidak memiliki kedaulatan dibidang ini, sebab kita melihat bahwa isi media kita dipenuhi oleh informasi, isu, pikiran, propaganda dan seabrek isme-isme dari luar, Keadaan ini jauh lebih berbahaya dari bom nuklir, karena kita jadi zombie di negeri sendiri, hidup hanya untuk memenuhi order dari orang luar. Pikirkan kenyataan ini, bahwa faktanya sejak melek sampai merem lagi, kita jadi budak isme orang luar.
Dari pada menghabiskan banyak dana untuk menggelar pendidikan bela negara, sebaiknya gunakan dana itu untuk membangun dulu sistem Nusantaraisme di media kita, agar orang Indonesia bangga dengan produk Indonesia. Contohnya bangunlah film nasional yang heboh seperti hollywood, kasih mereka dana yang cukup kalau perlu agar bisa berkarya maksimal bukan hanya membuat film ecek-ecek. Hargailah semua ilmuwan dan penemu di Indonesia agar karya mereka mendunia, jangan pikirkan uang karena mereka sebenranya tidak begitu mikir uang, mereka jauh lebih bangga bila karya mereka berguna bagi semua kehidupan. Mulailah untuk berpikir menjadi bangsa yang cerdas, bukan bangsa pemimpi. Sudah waktunya Indonesia dibangun dari otak, dari ilmu, dari semangat dan dari kebersamaan.
Saat negara mampu membuat media yang penuh kebanggaan Indonesia, bukan media penghasut atau hiburan tak berguna, maka rakyat Indonesia akan dengan bangga menyebut Indonesia dalam setiap waktunya. "Ayo Indonesia, apalagi yang bisa kita buat"
Ketiga
Kompetisi. Yup. Sediakan dana yang begitu besar untuk menggelar kompetisi disegala bidang untuk para 'petarung' Indonesia. Mulai dari kompetisi pendidikan formal sampai kompetisi kelas Olimpiade. Biasakan rakyat Indonesia untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan dalam hidupnya. Angkat kisah semangat mereka dalam dinding-dinding istana kita, jangan cuma buang dalam tong sampah pinggir jalan. Kenang-kenanglah mereka dalam setiap memori darah muda, sehingga para generasi masa depan bangsa punya heroisme untuk mengalahkan rekor pendahulu mereka.
Generasi kita sekarang banyak yang sesat kedalam pelukan kehidupan bebas dan narkotika, salah satunya karena negara gagal dalam memberi perhatian pada anak-anak ini. Negara gagal dalam menghargai eksistensi mereka, negara gagal dalam memberi harapan pada mereka. Jangan beri anak muda ini 'hiburan' karena hiburan hanya akan merusak mental mereka. Beri anak muda ini tantangan, maka Indonesia kan menjadi negara perkasa.
Oke, setidaknya tiga itu saja dulu yaa dik meski ada banyak lainnya... insya Allah bila tiga ini dijalankan dengan nyata, Indonesia akan memiliki kekuatan, energi dan tenaga yang luar biasa kuat dalam bela negara disemua lini. Sungguh masih ada banyak ide yang bisa kita garap dalam bela negara ini tanpa harus menggelar even resmi pelatihan di tangsi-tangsi militer. Ada aksi nyata dan lebih universal yang bisa kita lakukan untuk jauh membuat ide bela negara bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Sekarang kembali kepada kita, bagaimana kita menindaklanjutinya.....
Bela negara bukan tentang senjata dan teriakan semata, bela negara berawal dari otak dan nurani....
Bela negara bukan tentang senjata dan teriakan semata, bela negara berawal dari otak dan nurani....