Kamu jatuh cinta dan ingin menikah namun tak dapat ijin dari orang tua? Santai, jangan panik juga. Kakak akan kasih solusi bagaimana agar cinta yang tumbuh itu akan terus bertumbuh dengan suci, halal dan thoyib serta membawa berkah bagi semua. Namun sebelum itu, mari kita melakukan pengenalan masalah dulu, biar tidak ngawur dan bikin stress apapun tindakan selanjutnya yang akan diambil.
Penolakan dari orang tua itu adalah suatu hal yang wajar. Jangankan yang tak disetujui, lha wong yang jelas-jelas disetujui bahkan didukung pun kadang masih diprotes dan digunjingkan dengan keluarga. Intinya, orang tua itu sampai kapanpun akan sangat sayang sama anaknya, sehingga mereka selalu merasa paling benar dan mampu membuat anaknya selalu bahagia. Mereka tak akan begitu saja menyerahkan anak kesayangannya ini kepada orang lain, meski surat persetujuan berstempel istana merdeka keluar hehehe.... Yah, kita harus paham hal paling dasar ini. Jadi bagi siapapun yang jatuh cinta sama anak calon mertua, sadarilah bahwa kamu harus siap-siap diprotes baik secara terbuka maupun terselubung oleh mereka. Nah lalu bagaimana dengan yang ditolak?
Yang ditolak ini sangat banyak faktor penyebabnya, baik yang logis maupun tidak logis. Penolakan yang logis misalnya, pasangannya adalah sejenis, pasangannya beda aqidah utamanya untuk memilih cowok karena imam ya kudu se agama donk, lalu orangnya kagak jelas dimana dia, siapa namanya hingga dimana keluarganya karena kadang ada lho perjodohan penuh misteri macam begitu hiiiiii... apalagi kalau nikahnya sama jin, haduuuh . Itu adalah beberapa alasan yang logis.
Kedua alasan yang gak logis namun di logis-logiskan, misal beda umur, status pernah nikah atau belum, lulusan mana, kerjanya apa, gaji berapa, sudah pernah haji belum, mobil berapa, sawah seluas apa dan lain-lain masalah kefanaan. Alasan-alasan macam ini muncul sebagai buah dari perkembangan budaya masyarakat, sehingga mempengaruhi gengsi dari orang tua bila anak-anaknya mendapat jodoh orang yang dianggap 'tak sempurna' oleh tetangga kanan kiri, saudara jauh atau dekat dan siapapun yang mereka kenal.
Penolakan dari jenis yang pertama jelas solusinya adalah kamu harus menyesuaikan diri dulu dengan keadaan, jangan nikah dengan sesama jenis, luruskan aqidahmu dan buatlah dirimu mudah dikenali serta jelas, wong kita beli kucing saja juga gak mau kalau tak boleh menelisik riwayatnya.
Penolakan dari jenis yang kedua inilah yang Kakak sebut dengan dinding penghalang cinta. Namanya juga dinding, jadi jangan sekali-kali kamu berpikir untuk melompati atau merobohkannya. Kalau kamu lompati maka kamu dianggap maling dan tak tau tata krama. Kalau kamu robohkan, jelas ini kamu sedang nantang untuk duel hahaha... pisss
Sekarang duduklah dengan manis didepan dinding itu. Lihatlah, tak semua dinding itu tertutup, sebab dimana-mana yang namanya dinding pasti punya pintu untuk keluar masuk tuan rumah. Nah kamu pergi sana kepintunya, lalu coba ketuk. 1, 2 hingga 3 kali. Kalau tetap tak dibukakan, maka tunggullah di depan pintu itu sampai tuan rumah mengijinkan kamu masuk.
Artinya, jika kamu sudah yakin dengan cinta kamu dan dia juga kamu percaya adalah pribadi yang baik, maka buatlah komitmen untuk selalu bersama menjaga niat untuk menikah ini hingga ijin dari orang tua didapatkan. Percayalah, insha Allah bila kalian berdua menjaga komitmen dengan baik, berusaha untuk selalu memberi yang terbaik, maka hati orang tua akan luluh juga, dan pintu ijin itu akan kamu dapatkan.
Bagaimana, kalau orang tua memaksa jodoh yang lain? Lha, kalian kan sudah punya komitmen, ya jangan mau to di jodohkan sama yang lain. Jaga itu komitmen kalian. Kalau orang tua tetap memaksa maka berilah pengertian dengan halus bahwa kamu sudah berkomitmen untuk menikah dengan pilihanmu.
Bagaimana jika itu diartikan oleh orang tua sebagai pembangkangan atau sikap durhaka? Pembangkangan itu jika kamu disuruh sholat, tapi tak mau sholat, nah itu pembangkangan. Durhaka itu kalau kamu mencak-mencak di muka orang tua sambil menghina, menghardik atau cuma berkata kasar dikit saja.. nah itu sudah durhaka. Namun kalau kamu, sekali lagi meberi pengertian dengan lembut dan tetap berkomitmen tanpa sedikitpun melakukan hal-hal diluar adab anak kepada orang tua, maka insha Allah tak masuk kategori diatas.
Bukankah tak mengikuti mau orang tua adalah sikap anak yang tak patut? Yup, itu benar. Namun perlu diingat bahwa pernikahan adalah domain pelakunya. Yang nikah itu kamu bukan orang tua, yang menjalankan biduk rumah tangga itu kamu bukan orang tua, so jadi makanya (uakeh men) segala keputusan tentang pendamping adalah hak dari yang menjalaninya. Justru harusnya orang tua tahu itu dan tak memaksa anaknya dengan kehendak-kehendak subjektif berlebihan. Batasan orang tua dalam hal ini adalah menjadi advisor, penasehat, konsultan bagi anaknya. Biarlah keputusan final diambil oleh anak, kecuali anaknya yang mau dinikahkan ini belum cukup umur, sehingga orang tua punya wewenang agak sedikit besar dalam mengambil keputusan. Tapi bila si anak sudah mampu berpikir sendiri dan bertanggung jawab pada keputusannya, maka si anaklah yang punya hak untuk menentukan siapa calon pendampingnya.
Hidup adalah milik Allah SWT, sejauh apapun kita merencanakan atau mengharap kesempurnaan, sesungguhnya semua itu tetap kembali kepadanya. Sebagai mahkluk yang terpenting bagi kita adalah niat yang lurus lillahita'alaa dan ikhtiar dengan benar, itu sudah cukup. Selanjutnya, sisanya, dan selebihnya biarlah Allah SWT yang menentukan.
Jadi pesan Kakak bagi kamu yang terbentur dinding, maupun orang tua siapapun anda. Marilah kita lebih percaya sama Allah SWT ketimbang perkiraan dan gengsi kita. Cukup review niat dan akhlak kita saja, yang lain serahkan ke Yang Maha Kuasa. Saya sering melihat kita ini kadang sudah melampaui batas sebagai mahkluk, seakan kitalah yang paling berhak menentukan nasib hidup. Sungguh, neraka itu dipenuhi oleh orang-orang yang melampaui batas..
Kesimpulannya, jika cinta terbentur dinding tetaplah khusnudzan dan berakhlak mulia. Jangan macam-macam pakai ide backstreet, backdoor, kawin lari, kawin sembunyi, nikah siri dan lain-lain. Jentel saja, hadapi kenyataan dengan senyum dan ketaqwaan. Insha Allah selalau ada jalan. Ingat Allah SWT sangat mencintai hamba-hambanya yang mampu memberi teladan akan indah cintaNya.
Dan bagi bapak ibu, pesan Kakak adalah lapangkan dada bapak ibu. Hidup ini cuma sebentar dan semua yang kita miliki hanyalah titipan. Perjalanan yang kita jalani ini sudah ada yang mengatur, jadi kita tak usah repot-repot ikut mengatur. Serahkan saja pada yang kuasa, tugas manusia adalah saling mengingatkan dan memberi teladan. Kenalilah calon pendamping buah hati bapak ibu, apakah ia berakhlak baik dan berhati mulia ? Bila pun tidak arahkan dan ajari ia untuk meluruskan diri dulu sebelum halal bersama buah hati bapak ibu. Dengan begini, Insha Allah Bapak Ibu telah menjadi orang tua yang terbaik dimata ananda tercinta dan hamba yang mulia di hadapan Allah SWT. Wallahualam..