Sunday, April 10, 2016

Transgender adalah Pilihan

Ribut masalah transgender semakin hari semakin ramai, menghiasi jagat pergosipan di Indonesia. Dahulu masalah ini tenggelam dalam ketidakpedulian, namun kini begitu mencuat setelah dunia bereaksi pada trangender secara ekstrim, yaitu melegalkannya!!

Trangender dilegalkan atau tidak, sebenarnya adalah masalah yang telah tumbuh sejak lama, cuma kita ini loh gak peduli selama ini. Kita lebih suka menikmati bahkan menjadikannya bahan lelucon, sehingga banyak orang-orang yang awalnya malu-malu dengan trangendernya, tetap bertahan pada pilihan tersebut. Parahnya, ada 1001 alasan dari para pelaku transgender untuk mendukung pilihannya tersebut.

Trangender adalah pilihan, bukan penyakit apalagi hak asasi manusia. Pilihan disini sama seperti memilih antara minum susu atau minum potas. Bila akal sedang sehat, pasti akan memilih susu. Namun bila emosi negatif sedang bicara, mungkin potas akan dipilih. Kehendak untuk memilih memang hak asasi setiap orang, namun memilih minum potas kemudian teriak-teriak bahwa minum potas adalah hak asasi, tentu masalah lain.

Inilah yang harus kita sadari, batas-batas tersebut sangat tipis, sehingga dengan leluasa saudara-saudara sebangsa yang memilih transgender sebagai jalan hidupnya berlindung dibalik kata hak asasi.Sesungguhnya, hak asasi adalah hak dasar yang tentu membawa kemaslahatan bagi diri sendiri dan pula orang lain. Setiap orang punya hak sama untuk memegang pisau, namun bila kemudian pisau itu digunakan untuk menusuk orang atau melukai dirinya sendiri, maka hak kebebasan ia memegang pisau adalah suatu yang sangat berbahaya dan patutlah bagi kita menyelamatkannya, entah ia setuju atau tidak setuju.



Jadi sudahlah jangan ngegosip terus masalah transgender dan bagi anda pelaku-pelaku transgender sadarilah bahwa transgender hanyalah sebuah pilihan, dan sayangnya pilihan anda salah. Kembalilah ke jalan yang benar, sesuai fitrah yang diberikan Allah SWT. Gak usah aneh-aneh mengikuti emosi dan nafsu. Hidup ini pendek sekali, sungguh akan menyesal bila sudah mati nanti kita malah mendapat kesulitan yang jauh lebih berat dari pada sekedar meninggalkan pilihan yang salah itu.