Sunday, February 1, 2015

Kriteria Kekasih Terbaik (5 habis)

Kisah ketujuh, Persepsi bukanlah petunjuk terbaik dalam memilih kekasih. Rasul pernah menyampaikan sebuah pesan yang indah sekaligus mengerikan yang intinya berisi, jika manusia di beri segunung emas, maka ia akan meminta lagi segunung emas yang lain... begitulah, manusia tak akan ada puasnya.

Memilih kekasih terbaik, pada dasarnya adalah sebuah keadaan yang labil. Coba kita merenungkan, kapan kita membutuhkan kekasih terbaik ? hampir 90% adalah saat kita 'kekurangan'. Bagaimana menentukannya ? Paling umum berdasar harapan atau apa-apa yang bisa memenuhi sesuatu yang kita anggap tidak sempurna. Sehingga kita akan menentukan kriteria kekasih tersebut berdasar apa-apa yang bisa memenuhi kekurangan tersebut.

Kriteria inilah yang kemudian akan membentuk wujud tiga dimensi dalam persepsi manusia. Sebab otak tidak bekerja dalam bentuk teks atau suara, melainkan perwujudan gambar. Sementara hati akan berpikir bagaimana kesesuaian rasa bisa terbentuk. Sehingga se-terbuka apapun manusia dalam bergaul, ia sesungguhnya adalah pribadi yang sangat selektif dimana semua itu berdasar pada persepsi yang ada di dalam dirinya.

Persepsi adalah radar yang baik untuk mengenali siapa kekasih terbaik, namun kabar buruknya adalah persepsi manusia bisa berubah kapanpun bahkan berbalik 180 derajat. Apa yang mempengaruhi persepsi ? Hal dominan yang mempengaruhi persepsi adalah wawasan dan perasaan.

Wawasan, disini mencakup apa yang belum diketahui kemudian diketahui, tren yang ada, kedalaman pengetahuan, kenyataan antara harapan dan apa yang diterima dan masih banyak lagi. Sementara keadaan perasaan sifatnya adalah subjektif, berkembang diantaranya berdasar kegembiraan, kesedihan, tekanan, perhatian, pengertian, semangat, dan kepedulian.

Grafik dari wawasan dan perasaan ini sangat fluktuatif atau berubah-ubah. Sehingga sangat riskan bila kita ingin menemukan kekasih terbaik hanya berdasar pada persepsi. Lalu adakah jalan yang lebih baik. ? Ada yaitu jangan jadikan persepsi pada orang lain sebagai landasan satu-satunya dalam menentukan siapa kekasih terbaik bagi diri kita. Sesuatu yang lebih penting adalah membangun diri kita untuk menjadi kekasih terbaik bagi seseorang yang kita anggap sebagai kekasih terbik kita.

Lho, itu adalah hal yang sangat konyol.

Betul, dan tak ada hal paling konyol dalam menjalin sebuah hubungan selain sikap ini. Namun kita perlu merenung dan melihat kedalam kehidupan ini. Tatkala kita nanti mati dan kemudian masuk syurga atau neraka, siapakah orang yang paling bertanggung jawab menjebloskan kita ke satu tempat diantara dua pilihan tadi ? Dia adalah diri kita sendiri, bukan orang lain atau kekasih terbaik tersebut. Jadi bukankah lebih baik kita mendidik dan menyiapkan diri kita menjadi kekasih terbaik lebih dulu sehingga layak untuk kembali kepada Alloh SWT dengan keadaan yang sebaik - baik keadaan, dari pada menghabiskan waktu mengharap dan menghakimi seseorang dalam pencarian sesosok kekasih yang terbaik, sementara kita tak pernah betul-betul tahu apa isi hati dan rahasia kehidupannya kecuali hanya setitik di tengah samudera nan luas ?

Menurut Alloh SWT, diri yang baik adalah untuk kekasih yang terbaik....